Top 3 Tekno Berita Hari Ini dimulai dari topik tentang para ilmuwan kini memiliki alasan untuk percaya bahwa varian Omicron mungkin berasal dari pasien HIV atau AIDS dengan infeksi Covid-19 jangka panjang. Ahli penyakit menular di Afrika Selatan, Richard Lessells, menduga bahwa varian baru itu terinkubasi pada pasien HIV/AIDS yang lama tidak diobati.
Berita terpopuler selanjutnya tentang vaksinasi Covid-19 di Indonesia saat ini mengalami perlambatan. Diduga penyebabnya adalah rasa aman karena penularan kasus baru yang dianggap sudah semakin terkendali.
Selain itu, beberapa negara telah melaporkan kasus infeksi Covid-19 varian Omicron, yang terbaru adalah Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, Tjandra Yoga Aditama, membeberkan bahwa varian dengan kode B.1.1.529 itu kemungkinan dapat berdampak cukup luas.
Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno.
1. Varian Omicron Diduga Berasal dari Pasien HIV, Bukan Mutasi Delta
Para ilmuwan kini memiliki alasan untuk percaya bahwa varian Omicron mungkin berasal dari pasien HIV atau AIDS dengan infeksi Covid-19 jangka panjang. Ahli penyakit menular di Afrika Selatan, Richard Lessells, menduga bahwa varian baru itu terinkubasi pada pasien HIV/AIDS yang lama tidak diobati.
Lessells adalah bagian dari tim yang pertama kali membunyikan alarm tentang penyebaran varian baru dari SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19 dengan kode B.1.1.529. “Varian Omicron tampaknya tidak muncul dari proses evolusi normal,” ujar dia kepada Telegraph UK, 26 November 2021.
Dia mencatat bahwa ada lompatan evolusioner yang terjadi pada varian baru ini, dan menambahkan bahwa itu tidak berevolusi dari varian Delta, melainkan berasal dari individu dengan HIV atau kanker yang tidak diobati, artinya virus tetap berada di tubuh mereka untuk jangka waktu yang lebih lama.
Hal itu, Lessells melanjutkan, memberi virus banyak kesempatan untuk bermutasi dan menemukan cara untuk bertahan dari respons imun tubuh manusia. “Bertindak sebagai semacam ‘pusat pelatihan evolusioner’ untuk virus,” kata dia.
2. Laju Penyuntikan Kendor, Ini Data Terkini Vaksinasi Covid-19 di Indonesia
Vaksinasi Covid-19 di Indonesia saat ini mengalami perlambatan. Diduga penyebabnya adalah rasa aman karena penularan kasus baru yang dianggap sudah semakin terkendali.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengungkap itu dalam Dialog Rabu Utama bertajuk ‘Kasus Turun Percepatan Vaksinasi Terus Berjalan’ yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu 1 Desember 2021. “Kalau kita lihat daerah-daerah, hampir dua, tiga minggu ini terjadi penurunan penyuntikan per harinya ya,” kata Nadia.
Nadia menjelaskan, menurunnya jumlah orang yang melakukan vaksinasi juga dikarenakan masyarakat tidak lagi terburu-buru untuk mendapatkan vaksin. Mereka, disebutnya, cenderung menunggu atau memilih jenis vaksin tertentu.
Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Kesehatan, masyarakat yang sudah mendapatkan dosis pertama hingga 1 Desember 2021, telah mencapai 138 juta atau sebesar 67 persen. Sedangkan yang mendapatkan dosis kedua sebanyak 95,5 juta atau 45,8 persen.
3. Mantan Direktur WHO Sebut Varian Omicron Punya Gen Tak Terdeteksi PCR
Beberapa negara telah melaporkan kasus infeksi Covid-19 varian Omicron, yang terbaru adalah Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, Tjandra Yoga Aditama, membeberkan bahwa varian dengan kode B.1.1.529 itu kemungkinan dapat berdampak cukup luas.
Dia menyebutkan ada enam kemungkinan dampak terkait dengan munculnya Omicron, yakni penularan makin tinggi, kemungkinan penyakit memberat, infeksi ulang, vaksin yang digunakan, dan analisa obat anti peradangan dan badai sitokin. “Termasuk juga dampak pada pemeriksaan PCR,” ujar dia melalui pesan WhatsApp, Kamis, 2 Desember 2021.
Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu mengatakan Omicron memiliki mutasi spike protein di posisi 69-70. Hal itu menyebabkan terjadinya fenomena ’S gene target failure’ (SGTF) di mana gen S tidak akan terdeteksi dengan PCR lagi. “Disebut juga drop out gen S.” Simak Top 3 Tekno Berita Hari Ini lainnya di Tempo.co.